Macet berjam-jam dan ketersediaan bahan bakar terbatas pada SPBU, membuat kendaraan terpaksa diisi bahan bakar di bawah standar. JIka sudah telanjur terisi, apa yang harus dilakukan?

Apa Yang Harus Dilakukan Jika Terpaksa Beli Bahan Bakar Down-grade

 
Apa Yang Harus Dilakukan Jika Terpaksa Beli Bahan Bakar Down-grade

Macet berjam-jam dan ketersediaan bahan bakar terbatas pada SPBU, membuat kendaraan terpaksa diisi bahan bakar di bawah standar. JIka sudah telanjur terisi, apa yang harus dilakukan?

Ketersediaan bahan bakar beroktan tinggi atau bahan bakar solar berkualitas baik, menjadi kendala tersendiri bagi para pemudik yang menggunakan mobil modern bermesin bensin maupun diesel.

Tidak semua SPBU di sepenjang jalur mudik melengkapi dagangannya dengan bahan bakar beroktan 92 ke atas (sekelas  Pertamax, Pertamax Plus) atau bahan bakar diesel setara Pertamina DEX.

Lalu bagaimana mobil bermesin bensin dengan kompresi tinggi atau mobil diesel common-rail yang memiliki nozzle injector yang tak cocok dengan solar kualitas rendah?

“Menggunakan bensin dengan kadar oktan lebih rendah seperti premium jika dalam kondisi emergency bisa dilakukan. Namun demikian tetap ada kendala tersendiri. Biasanya performa akan terpangkas atau mesin menjadi kurang responsif. Tak jarang diikuti dengan gejala ngelitik,” jelas Edward Adinata dari Razer Workshop.

“Untuk itu kita harus berkompromi dengan mesin dan tidak memaksa mesin bekerja keras,” lanjutnya.

Namun, pada mesin bensin, ada konsekuensi knock sensor akan bekerja keras, menyesuaikan dengan bahan bakar yang diterima mesin. Jadi, sebaiknya tak dibiarkan terlalu lama.

“Upaya rehabilitasi mesin dilakukan dengan melakukan pengisian dengan bahan bakar beroktan tinggi jika bertemu dengan SPBU yang menjualnya. Tidak harus diganti secara ekstrem namun bisa secara berkala,” papar Edward.

Sementara untuk mobil bermesin diesel common-rail harus lebih berhati-hati. Karena injektor common-rail cenderung lebih sensitif pada kehadiran sulfur dan berpotensi tersumbat.

“Memang hal itu bisa terjadi, namun jika sifatnya sementara dan hanya terjadi sesekali kondisi ini masih ditolelir, terutama pada mesin-mesin diesel dengan standar EURO 2,” jelas Muklis Pamuji dari KIA Kebayoran Lama.

“Suatu keuntungan tersendiri, karena sejauh ini masih menetapkan standar emisi EURO 3 dengan rata-rata standar yang dipergunakan adalah EURO 2, sehingga injektornya relatif masih tidak terlampau sensitif,” lanjutnya.

Seperti halnya mesin bensin, mobil bermesin diesel yang sudah telanjur minum solar biasa pun harus segera up-grade mutu bahan bakarnya dengan menggunakan solar berkualitas tinggi.

 
Related
Updates
Popular

    otodriver.com