Hal yang mudah, namun jangan sampai salah menggunakan jenis air yang semestinya. Karena kesalahan penggunaan air bisa berakibat kerusakan pada sel aki.

Aki konvensional atau yang awam disebut aki basah masih menjadi pilihan di tengah tersedianya berbagai aki berteknologi baru seperti aki hybrid maupun aki maintenance free (MF). Aki basah memiliki keunggulan pada harga lebih murah dan apabila dirawat dengan benar, tak kalah awet dibandingkan jenis aki lainnya.

Salah satu yang membuat aki ini awet adalah volume cairan di dalam aki cukup terisi. “Dalam kondisi volume yang mencukupi, sel timbal di dalam aki akan terendam sempurna. Sehingga proses reaksi kimia dalam menghasilkan listrik berjalan baik,” jelas Eron Edwin dari Massiv Battery. “Jika sel aki tidak terendam sempurna, maka sel aki akan cepat rusak,” tambahnya.

Berkurangnya volume aki, lebih banyak disebabkan oleh penguapan, yang terjadi saat proses kimia di dalam aki terjadi.

Supaya tetap di level ideal, maka ketinggian air aki harus diperiksa dan segera ditambahkan kembali, jika berada di bawah batas minimal (lower level) .

Walau cukup mudah dilakukan, namun bukan berarti penambahan air aki ini dapat dilakukan sembarangan.

Pastikan menggunakan air yang sudah mengalami demineralisasi alias bersih tanpa mineral. Di pasaran, umumnya air ini dalam kemasan biru.

Isi aki hingga batas maksimal (upper level)  dan segera bersihkan  permukaan aki jika cairan aki tertumpah.

Perlu diperhatikan lagi, jangan sampai tertukar dengan air yang kerap disebut accu zuur (H2SO4). Cairan yang berisi asam sulfat itu biasanya dalam kemasan merah dan tak bisa digunakan sebagai air tambahan untuk aki yang sudah terpakai.

Karena akan menambah kepekatan kadar H2SO4 pada aki. Hal ini membuat performa aki menurun dan mengakibatkan kerusakan.