Penggemar D-Cab tanah air, tentu terbiasa dengan produk asal Jepang dan (merek) Amerika, kini D-Cab asal India juga hadir. Seperti apa impresi berkendaranya?

First Drive : Tata Xenon XT 4x4, Seperti Apa Sensasi Berbeda D-Cab India?

 
First Drive : Tata Xenon XT 4x4, Seperti Apa Sensasi Berbeda D-Cab India?

Penggemar D-Cab tanah air, tentu terbiasa dengan produk asal Jepang dan (merek) Amerika, kini D-Cab asal India juga hadir. Seperti apa impresi berkendaranya?

Sempat hadir dengan beberapa kendaraan penumpang, Tata Motors, pabrikan asal Mumbai, Maharashtra, India dengan distributornya PT Tata Motor Distribusi Indonesia, kini lebih fokus pada kendaraan komersial, seperti truk, pikap serta double cabin.

Tata Xenon XT 4x4 adalah double cabin dari Tata Motors yang cukup menarik diulas. Mengingat masyarakat Indonesia sudah lebih dulu akrab dengan double cabin asal Jepang dan bermerek Amerika (kerjasama dengan Jepang).

Diurut menurut abjad, jajaran double cabin itu adalah Chevrolet Colorado, Ford Ranger, Isuzu D-Max, Mitsubihsi Triton, Mazda BT50 dan Toyota Hilux.

Memang, beberapa tahun silam, sempat muncul double cabin asal Cina, Landwind yang diedarkan oleh Indomobil Group, meski akhirnya distop penjualannya.

Nah, kali ini ‘pemain baru’ asal India yang akan dicoba oleh carreview.id, dengan lokasi terbatas, pada kawasan Stockyard Tata Motors di Puninar, Cakung, Jakarta Timur.

Jumpa pertama dengan Xenon XT ini di GIIAS, BSD, Agustus lalu, ketika itu cukup memperhatikan desainnya saja. Kali ini masih menelisik desain lebih mendalam, tampak rancangan India ini cukup baik dan memiliki ciri khas dengan garis-garis tegas pada berbagai sudut bodinya. Cukup berbeda dibandingkan tren D-Cab Jepang yang kini tak lagi bersudut tajam namun lebih banyak sudut landai di bodinya.

Eksterior

Wheelbase cukup panjang overhang belakang pendek
Pelek dengan PCD 6x165 jarang digunakan di Indonesia

 

Sekilas, Tata Xenon ini lebih pendek dari D-Cab lain seperti Mitsubishi Triton, misalkan. Ternyata dimensinya tak berbeda. Dengan panjang 5.125 mm, kemudian lebar 1.860 mm dan tinggi 1.765 mm, Tata Xenon XT ini sebanding dengan D-Cab lain.

 

Namun kenapa terlihat bak pada Xenon XT ini lebih pendek dibandingkan Triton atau Hilux? Ternyata wheelbase (jarak sumbu roda) Xenon (3.150 mm) ini lebih panjang ketimbang Mitsubishi Triton (3.000 mm), sementara Hilux 3.085.

Hal ini yang menjadikan rear overhang pada Xenon XT tak terlalu besar. Hal ini menguntungkan ketika melahap tanjakan terjal. Sayang, di kawasan ini tidak bisa dilakukan uji untuk menanjak.

Hal lain yang terlihat dari luar adalah penggunaan pelek dengan PCD tak umum dibandingkan D-Cab lainnya di Indonesia. Jarak lubang baut (PCD, Pitch Circle Diameter) Tata Xenon XT adalah PCD 5x165, berbeda dengan D-Cab lain yang rata-rata menggunakan PCD 6x139,7.

PCD berukuran ini, sama dengan Tata Storme, SUV yang sempat dipasarkan Tata di Indonesia, serta produk India lain, seperti Mahindra. Agak jarak pelek dengan PCD ini di Indonesia.

Gardan belakang yang digunakan Tata Xenon, dibuat oleh Salisbury (Dana 60), produsen gardan asal Amerika yang juga digunakan pada gardan belakang versi ‘heavy duty’ Land Rover Series dan Defender produksi 1971-1998.

Interior

Tombol power window di konsol tengah
Dasbor simpel namun dilengkapi dua SRS airbag
Saklar lampu model putar seperti mobil Eropa
Sandaran bangku cukup tegak kurang nyaman di perjalanan jauh

Ternyata, hal yang tampak tidak biasa bukan saja di pelek saja, di interior juga ada perbedaan dengan umumnya D-Cab lain. Seperti tombol power window bukan pada door trim, namun terletak di konsol tengah, persis di belakang tuas persneling.

Memang, hal ini membuat door trim menjadi lebih tipis dan kaki menjadi lebih leluasa, begitu pula ketika pintu terbuka dan terguyur hujan saat berada di pertambangan atau perkebunan, tak perlu khawatir perangkat power window ini kebasahan.

Tetapi ya pada awalnya memang sedikit janggal ketika mengoperasikan tombolnya.

Mesin

 

Mencoba lebih lanjut, Tata Xenon pun dinyalakan mesinnya, terdengar cukup halus mesin 4 silinder yang berkapasitas 2.200 cc DiCOR (Direct injection Common Rail engine), 16 katup DOHC dengan Variable Geometry Turbocharger ini.

 

Berdasarkan data spesifikasinya, mesin ini memiliki tenaga maksimum 147 dk/4.000 rpm. Tarikannya juga lumayan galak, seiring torsi 350 Nm yang sudah diraih di kitiran 1.500-3.000 rpm. Ya, boleh juga, ketika dibandingkan dengan double cabin lain dengan mesin berkapasitas lebih besar yang juga berada di kisaran torsi yang tak jauh berbeda.

Performa dan Handling

Tarikan cukup galak dengan VGT, dengan torsi cukup besar di putaran bawah
Di belaang, per daun dan gardan salisbury (Dana 60)

Ternyata apa yang tertulis di data spesifikasi cukup terbukti ketika menjajal Tata Xenon XT 4x4 ini di permukaan jalan. Tarikannya cukup galak dan responsif sejak putaran bawah. Ya, turbo VGT ini yang mencegah turbo-lag dan menjadikan tarikan lebih spontan di putaran bawah dan menengah.

Sementara pengendaliannya tergolong cukup baik. Memang, belum dicoba maksimal karena keterbatasan tempat, tetapi ketika melaju di kecepatan sekitar 60 km/jam masih baik dan presisi, hanya bantingan suspensi terasa agak keras di belakang.

Tentu hal ini karena kombinasi per daun di belakang dan torsion beam di depan. Salah satu keuntungan torsion beam, mudah diatur ketinggiannya, tinggal menyetel spline saja, double wishbone langsung berubah sudutnya. Bodi menjadi lebih tinggi, ruang ban menjadi lebih luas, untuk menggunakan ban berukuran lebih besar.

Namun, bantingannya tidak senyaman dan se-responsif MacPherson Strut. Sistem suspensi yang kini menjadi pilihan beberapa D-Cab untuk suspensi depannya.

Kemampuan Off-road

Pengatur 4x4 diputar seperti saklar lampu

 

Di lokasi Stockyard, tentu tak ada lintasan off-road memadai untuk mengetahui kemampuan Tata Xenon XT 4x4 ini. Namun, sekadar mencoba rasio gigi transfer pada posisi 4L di kawasan tersebut masih bisa dilakukan.

 

Sebagian kecil jalan ada yang masih merupakan gundukan tanah berbatu, di sinilah posisi 4L akan dicoba.

Wah, ternyata tidak ada tuas untuk memindahkan posisi dari 2H,4H ke 4L, yang tersedia adalah semacam saklar geser di dasbor! Sebagian orang tentu kurang sepaham dengan posisi pengatur yang tergolong hal ‘teritorial’ bagi kendaraan 4x4.

‘Saklar’ diputar, pada panel instrumen tampak lampu tanda 4L menyala, berarti sudah siap meluncur dengan perbandingan gigi transfer 2,48:1.

Menggunakan posisi ini, cukup mudah menaiki gundukan setinggi 60 cm tanpa menginjak pedal gas, cukup andalkan torsi dari mesin saja. Jika menginginkan torsi lebih besar tinggal tekan pedal gas sedikit, hingga di kisaran 1.500 rpm, torsi puncak sudah tercapai.

Mungkin pada kesempatan lain, carreview.id akan mencoba kemampuan off-road Tata Xenon XT 4x4 yang dipasarkan Rp 320 juta (on the road, Jakarta) ini lebih optimal lagi.

 
Related
Updates
Popular

    otodriver.com