Saat pemda setempat seolah tutup mata, GAIKINDO dan Seven Events gelar program memfasilitasi sekolah mengenaskan di kabupaten Bogor, guna mendukung kegiatan belajar mengajar yang lebih layak.

GIIAS EduCare : Fasilitasi Sekolah Yang Bertahun-tahun Diabaikan Pemerintah Kabupaten Bogor

 
GIIAS EduCare : Fasilitasi Sekolah Yang Bertahun-tahun Diabaikan Pemerintah Kabupaten Bogor

Saat pemda setempat seolah tutup mata, GAIKINDO dan Seven Events gelar program memfasilitasi sekolah mengenaskan di kabupaten Bogor, guna mendukung kegiatan belajar mengajar yang lebih layak.

Desa Cibadak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, hanya berjarak sekitar 49,2 Km dari Jakarta, sebuah Kota Metropolitan, yang menjadi ibu kota Republik Indonesia. Namun, kondisi sangat berbeda dialami siswa di desa ini, dibandingkan pelajar di ibukota pada umumnya.

Tak ada cita-cita tinggi bagi generasi penerus bangsa di sini. Eka, siswi kelas 4 Madrasah Ibtidaiyah –MI- (setingkat Sekolah Dasar) menyebutkan, dirinya hanya ingin bersekolah di tempat yang lebih pantas. Itu saja, setidaknya untuk saat ini.

Putri seorang buruh tani tersebut menuntut ilmu di sebuah lahan seluas 15x12 meter, dengan ruang kelas berdinding tripleks dan berlantai tanah. Jangan harap ada arus listrik yang bisa menerangi lampu di dalam kelas.

Lokasinya 100 meter di bawah permukaan jalan desa, dengan turunan terjal sebesar hampir 40 derajat. Saat musim hujan, tentu sangat berbahaya bagi 148 siswa dan 7 guru pengajar yang mengakui hanya menerima gaji selama tiga bulan sekali dari pemerintah.

Sekolah lama yang sebagian sudah hancur akibat tanah longsor
Bangunan sekolah sementara hanya berdinding tripleks

Meski bangunan sekolah tersebut bersifat sementara, terlihat sangat kurang layak untuk digunakan belajar - mengajar sehari-hari. Sebelumnya, murid-murid di MI Miftahul Ulum di desa Cibadak, Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor ini, bersekolah di bangunan yang layak sejak tahun 2001 lalu.

Namun, tahun 2014, lokasi Madrasah yang berjarak 500 m dari sekolah sementara ini, tergerus bencana tanah longsor, bersama harapan para siswa mendapatkan sekolah yang layak.

Ketika itu, Pemerintah Kabupaten Bogor, berencana merelokasi sekolah tersebut ke daerah yang lebih pantas, agar anak-anak desa Cibadak dapat bersekolah kembali di tempat yang layak. Sayangnya hal tersebut hanya wacana dan tidak terealisasikan hingga tahun 2016 ini.

Menggandeng organisasi 1.000 Guru di wilayah Bogor yang memiliki akses terhadap sekolah-sekolah dengan kondisi terbelakang, Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) melalui penyelenggaranya Sevent Events, menggelar program Corporate Social Responsibility (CSR) EduCare di sekolah tersebut.

Kukuh Kumara Sekertaris Umum GAIKINDO

Kukuh Kumara, Sekertaris Umum GAIKINDO yang hadir pada penyelenggaraan GIIAS EduCare menyebutkan, ini merupakan bentuk komitmen kami dalam mendukung sarana belajar mengajar siswa-siswi di tingkat sekolah dasar, melalui program sosial ini kami mengunjungi sekolah-sekolah yang masih membutuhkan dukungan untuk mewujudkan kegiatan edukasi yang lebih baik, di mana murid dapat belajar dengan alat yang memadai serta lokasi sekolah yang layak.

Sementara itu Romi, Project Director GIIAS 2016 yang juga bagian dari Seven Events menambahkan, gelaran kali kedua GIIAS EduCare 2016 ini bertujuan membantu para murid MI Miftahul Ulum agar mendapatkan fasilitas belajar yang layak. Seperti kita ketahui, bangunan sekolah ini hanya bersifat sementara, sambil menunggu janji pemerintah setempat yang tak kunjung direalisasikan, sementara kegiatan belajar para siswa jauh dari kata layak, ungkapnya, Sabtu (4/6).

Praktik cara menggosok gigi bagi para siswa
Warga yang sedang diperiksakan kesehatannya secara gratis

Selain organisasi 1.000 Guru, Seven Events juga mengajak para dokter untuk melakukan penyuluhan dan pengobatan gratis bagi para siswa dan warga setempat. Produk kesehatan berupa pasta dan sikat gigi turut didonasikan kepada para siswa, selain perlengkapan sekolah lengkap.

Untuk mendukung proses kegiatan belajar mengajar yang lebih layak, GIIAS EduCare juga mendonasikan 3 papan tulis, 70 meja sekolah, 140 bangku sekolah dan 4 lemari buku serta beberapa alat bantu praktikum pendidikan.

“Perkembangan yang kami dapatkan hari ini, sekolah ini belum ada aliran listriknya. Sangat disayangkan bagi para siswa yang harus belajar dalam kondisi kelas yang gelap. Setelah ini kami akan realisasikan instalasi arus listrik dan penerangan agar mereka bisa nyaman dalam belajar,” tambah Romi.

Ironisnya, sekitar 3 Km dari lokasi desa Cibadak tersebut, terdapat proyek bangunan rumah pribadi Lurah setempat yang begitu megahnya.

Sementara ratusan warga di wilayah yang pasti mayoritas memilihnya sebagai lurah, masih hidup di bawah standar kelayakan. Tambah lagi, sarana pendidikan yang telah berhasil meluluskan ribuan siswa harapan bangsa sejak 2007 ini, masih berstatus bangunan sementara dengan kondisi jauh dari layak.

Kelas darurat, tanpa dinding penyekat
Kelas sementara tanpa penerangan dan arus listrik

Abas Abdussalam, Kepala MI Miftahul Ulum menyatakan, “Terima kasih sebesarnya untuk GAIKINDO, Seven Events, 1.000 Guru dan para dokter yang telah rela meluangkan waktunya untuk datang ke sini dan memberikan fasilitas belajar mengajar yang layak untuk kami. Apa yang diberikan sangat berguna bagi kami selama menunggu proses relokasi resmi dari pemerintah yang belum jelas kapan waktunya ini."

Diharapkan, bantuan dari GIIAS EduCare dapat memberikan harapan dan semangat kepada murid, guru dan warga di Desa Cibadak, Kabupaten Bogor tersebut, untuk pantang mundur membangun pendidikan bagi warga di sana. 

 
Related
Don't miss this stories
Updates
Popular

    otodriver.com