Produk Thailand yang beragam lebih mudah dijual dibandingkan produk Indonesia yang sebagian besar berwujud MPV

Hingga bulan November 2017, pasar Indonesia menyerap penjualan sebesar 1,079 juta, sedangkan untuk ekspor Indonesia berhasil menjual sekitar 250 ribu unit.

Sedangkan Thailand hanya mampu menjual mobil sebesar 800 ribuan unit dalam periode yang sama. Namun Negeri Gaah Putih ini mampu mengekspor kendaraan sejumlah 2,4 juta kendaraan. Angka yang cukup besar dan hampir 10 kali lipat ekspor nasional Indonesia.

“Bukan karena produk Thailand dibanderol dengan harga lebih rendah atau memiliki kualitas lebih baik. Namun karena mereka memiliki varian produk yang lebih beraneka ragam,” jelas Jongkie D Sugiarto, ketua I Gaikindo pada Frost & Sullivan-GAIKINDO Media Briefing Industri Otomotif Indonesia 2018 (16/01).

“Mereka punya produk sedan, pick-up hingga SUV yang banyak diminati pasar internasional,” tutur Jongkie. “Sedangkan Indonesia sebagian besar industrinya hanya berkutat pada produksi kendaraan MPV saja, sehingga kurang sesuai dengan kebutuhan pasar di luar sana,” lanjutnya.

Besarnya volume MPV di Indonesia salah satunya dikarenakan pajak yang diberlakukan pemerintah. Di luar mobil LCGC, varian MPV memiliki skema pajak paling rendah sehingga harga jualnya pun lebih terjangkau.

Sebagai contoh sedan, jenis mobil ini merupakan varian yang cukup diminati di pasar Internasional. Namun di Indonesia sedan sepi peminat lantaran harus mengalami skema pajak yang jauh lebih tinggi, sehingga harga jualnya melambung .

Andaikan pemerintah bersedia menurunkan skema pajak sedan menjadi lebih rendah, tentu sedan akan lebih terjangkau dan lebih menarik minat pembeli.

Jika hal ini berlaku, efeknya sedan akan menjadi komoditas yang menarik untuk dibuat dan dijual. Pabrikan-pabrikan mobil pun jadi bergairah mengelontorkan investasi untuk membuat sedan ini di dalam negeri.

Lebih jauh lagi, pasar Indonesia memiliki produk sedan yang lebih mudah dijual di pasar Internasional dibandingkan MPV.