Dari survey yang dilakukan Pertamina, pelopor pengguna Pertalite justru datang dari angkutan umum. Mereka merasakan keuntungan lebih baik ketimbang menggunakan Premium.

Sebagian besar masyarakat Indonesia dalam membeli sesuatu dikatakan sebagai tipikal pembeli yang mengutamakan harga murah.

Sepertinya stigma ini tidak terlalu benar, ketika jenis bahan bakar Pertalite memasuki pasar nasional sejak pertengahan tahun 2015 silam. Perlahan namun pasti sepertinya bahan bakar beroktan 90 ini semakin memangkas dominasi Premium dari 88% menjadi 44% saat ini.

“Semua ini dikarenakan karena masyarakat semakin sadar akan kualitas dan juga karena faktor teknologi yang dipergunakan mobil-mobil masa kini yang menuntut menggunakan bahan bakar dengan oktan lebih tinggi,” jelas Adiatma Sardjito, VP Coorporate Communication Pertamina saat ditemui awak Carreview.id, Selasa (4/4).

“Menurut data dari survey yang kami lakukan, yang justru menjadi pelopor terjadinya migrasi dari Premium ke Pertalite pada awalnya salah satunya dipelopori oleh angkutan umum, terutama taksi dan ojek sepeda motor,” lanjut Adiatma. 

“Dengan uang yang sama, maka jumlah volume BBM Pertalite memang yang lebih sedikit dibandingkan dengan premium, namun ternyata dengan Pertalite jarak tempuh meningkat sekitar 10% untuk tiap liternya. Artinya cukup mendekati jarak yang mampu dilakukan dengan bensin premium,” rincinya.

Akan tetapi jangan diabaikan faktor lainnya yang menjadikan Pertalite memiliki potensi kuat, Selain itu dengan menggunakan pertalite, performa mobil menjadi lebih enak dan bertenaga.

“Perfoma yang lebih baik daripada premium menjadikan nilai jual tersendiri bagi Pertalite,” tutupnya.