Suzuki mulai merambah pasar City Car 1.000 cc dengan meluncurkan Celerio. Ini merupakan langkah yang tepat, mengingat sepinya kompetitor di pasar ini. Ia akan bersaing dengan KIA Morning.

Versus : Suzuki Celerio CVT vs KIA Morning M/T

 
Versus : Suzuki Celerio CVT vs KIA Morning M/T

Suzuki mulai merambah pasar City Car 1.000 cc dengan meluncurkan Celerio. Ini merupakan langkah yang tepat, mengingat sepinya kompetitor di pasar ini. Ia akan bersaing dengan KIA Morning.

Sejak Juni silam, Suzuki mulai merambah pasar City Car 1.000 cc dengan meluncurkan Celerio.  Ini merupakan langkah yang tepat, mengingat sepinya kompetitor di pasar ini. Terhitung hanya ada dua pemain pada kelas non-Low Cost Green Car (LCGC), yakni Suzuki Celerio dan KIA Morning.

KIA Morning sendiri, pertama diperkenalkan pada 2012 silam. Varian ini diluncurkan untuk mengisi kekosongan kelas di bawah KIA Picanto. Baik Celerio maupun Morning, keduanya memiliki konstruksi dan kapasitas mesin yang sama, yakni 3 silinder, 1.000 cc.

Suzuki Celerio

Jika masih ingat, di medio akhir 1980an hingga awal 1990an, Suzuki berkibar dengan Forsa-nya. Hatchback tersebut mengandalkan mesin 1.000 cc, hanya dijejali 4 silinder. Saat itu Suzuki cukup meraup angka penjualan yang cukup baik walau bersaing dengan Toyota Starlet dan Daihatsu Charade.

Celerio, yang memiliki dimensi postur yang lebih besar ketimbang kompetitornya, memang menawarkan ruang kepala dan kaki ekstra di kedua sisi bangku penumpang. Akses keluar masuk kabin pun jadi lebih mudah tanpa terlalu banyak usaha.

Sayangnya jok bagian depan yang menyatu dengan headrest,  terasa kurang  sigap memeluk tubuh saat melibas tikungan dengan kecepatan agak tinggi. Pada jok bagian belakang, lipatan bangku kala membutuhkan ruang lebih mudah didapat dengan konfigurasi 50:50 pada sandaran. Tentu memberikan kepraktisan lebih dibanding pesaingnya.  

Fitur lipat 40:60 memudahkan akses berbagai ukuran barang

Karena dilansir bukan sebagai kelas mobil murah yang dicanangkan pemerintahan, maka kualitas kabin pun terbilang baik. Material dasbor dengan plastik yang cukup tebal, sementara panel tengah dilengkapi dengan fitur tata suara dengan akustik yang lembut  di telinga dan lingkar setir yang nyaman di tangan.

Hanya peredaman kabin yang terasa kurang optimal, bisa jadi dikarenakan bahan pelat body yang kurang tebal atau sekadar kurangnya bahan peredam kabin di lantai dasar. Akhirnya road noise dari putaran roda kerap tedengar pada citycar seharga Rp 164 juta.

Mesin cukup irit, dengan tarikan halus
dengan transmisi CVT pertama di mesin 1000 cc

Sumber tenaga yang melekat pada ruang mesin Celerio terasa pas untuk penggunaan tipikal jalan raya di Indonesia. Pada varian bertransmisi otomatik CVT yang Car Review uji, terbilang mudah dan cukup enak diajak stop and go di padatnya lalu lintas. Suara raungan mesin khas penggerak bersabuk baja yang kerap mendengung, tak terdengar.

Transmisi ini pun terbilang sukses diaplikasikan pada mesin tiga silinder 998 cc. Walau hasil output mesin tidak besar, hanya 67 dk dan torsi 90 Nm, Celerio mampu memberikan cukup kehematan dalam angka konsumsi bahan bakar. Untuk penggunaan dalam kota, ia menghabiskan seliter bensin untuk 14 km pada penggunaan dalam kota. Sementara untuk penggunaan konstan di jalan tol dengan kecepatan 90 km/jam, menghabiskan 22,6 km/liter.

Urusan fitur keamanan standard, Celerio terbilang cukup aman karena telah dilengkapi dengan dual airbag dan kunci immobilizer.

Soal pengendalian, memang tidak terlalu akurat. Penyebabnya setelan suspensi mobil mungil ini memang dibuat agak lembut untuk mengejar kenyamanan, jika dibuat agak kaku tentu ringannya bobot Celerio yang hanya 805 kg membuat ayunan suspensi jadi keras dan tidak nyaman.

Tambah lagi ban berukuran 165/65R14 membuat kemudi dengan asisst elektrik membuat pergerakannya jadi sangat ringan. Akhirnya setir harus sedikit di koreksi agar citycar dengan transmisi CVT pertama kali di tanah air ini jadi lebih nurut bermanuver. 

Sejatinya, menurut kami Suzuki Celerio memang layak dijadikan sebagai moda transportasi harian dalam kota. Ketimbang harus dibesut dengan kecepatan tinggi saat diajak ke luar kota. 

KIA Morning

Seperti namanya, morning seolah memberikan kesegaran pagi hari bagi mata yang memandangnya. Memang, rancangan ini sudah menjadi bagian dari campur tangan Peter Schreyer, mantan desainer Audi TT yang lantas menjadi presiden dan kepala desain KIA Motors.

Tampilan mobil kecil seperti yang kerap wara-wiri di Eropa, menjadi kekuatan rancangan Morning, yang tentunya seperti Picanto juga. Pasar Eropa dan Amerika serta Cina, menjadi sasaran pabrikan yang sudah berdiri sejak 1944 itu. Tak ada lagi kesan desain nyeleneh yang tidak akrab mata, seperti desain Kia yang terdahulu, seperti pada Visto. Dari berbagai sisi, Morning cukup enak dilihat, tetapi memang perlu disadari, beberapa fitur menghilang, jika dibandingkan dengan Picanto yang dibanderol lebih mahal.

Kia Morning, dengan harga Rp 148,5 juta (on the road, Jakarta) memang tergolong di atas harga mobil lain dengan kapasitas sama, versi LCGC. Tetapi, apa yang diberikan pada penggunanya boleh dibilang memuaskan. Baik sebagai penumpang, maupun pengemudi.

Simpel dan pandangan luas, salah satu kelebihan mengemudi KIA Morning

Kesan luas, menjadi andalan desain kabin pada mobil kecil. Dasbor konsol tengah, dan plafon, disediakan agar tidak menjadi hambatan bagi berbagai ukuran tubuh yang duduk di depan. Terbukti, dengan variasi dimensi penghuni jok depan, mulai dengan orang kurus dengan tinggi 160 cm, hingga yang bertubuh jangkung di atas 180 cm, masih duduk dengan nyaman, baik sebagai pengemudi maupun penumpang depan. Si jangkung, dengkulnya tidak berbenturan dengan laci, sementara tubuh si gemuk, masih tersangga nyaman pada sandaran dan alas kursi depan.

Lain halnya di belakang, akomodasinya masih belum memenuhi keleluasaan berbagai bentuk tubuh. Ketika si jangkung duduk di depan, ruang kaki penumpang belakang langsung sempit, sehingga manusia mungil sebaiknya duduk di belakang si jangkung. Tetapi, ketika tubuh penumpang depan maupun belakang berukuran rata-rata orang Indonesia, ruang kaki cukup untuk semua penumpang, baik di depan maupun belakang.

Stabilitas cukup baik dengan bantingan suspensi tak terlalu keras

Cukup mengasyikkan adalah handling mobil ini, meski ban dipasang pelek mungil, 13 inci yang dibalut ban 165/60R13, pengendaliannya cukup baik. Morning sanggup meliuk lincah di kemacetan, serta bermanuver mantap sesuai keinginan pengemudinya. Tak ada gejala bodi bergeser berlebihan ketika menikung cepat.

Setirpun memberikan respons yang cukup baik, dengan power steering yang digerakkan oleh motor elektrik. Ketika berjalan pelan, setirnya ringan, sehingga memudahkan saat parkir. Ini penting bagi pengemudi wanita yang memang mendambakan kemudi yang ringan. Sementara pada kecepatan tinggi kemudi akan terasa mantap karena lebih berat.

Di kecepatan tinggi, stabilitas Morning tergolong baik, hanya pada unit yang dicoba agak sedikit terganggu oleh suara ban (road noise) yang terdengar dari dalam saat melaju cepat di tol. Jika menggunakan ban lain, kondisi ini akan berubah, karena begitu permukaan jalan berubah menjadi halus, road noise langsung berkurang.

Pada kecepatan tinggi ini, gejala ‘bodi goyang’ tidak terasa. Morning tetap mantap melaju cepat. Malah, bantingan suspensinya masih mampu menahan ayunan akibat melaju di permukaan bergelombang seperti pada rute tol Joglo-Bandara Soekarno-Hatta.

Mesin cukup responsif untuk perjalanan di dalam kota

Soal tenaga mesin, kapasitas 998 cc dari mesin 3 silinder yang bertenaga maksimal 69 dk dan torsi puncak 94 Nm, cukup memenuhi kebutuhan perjalanan di dalam kota. Pada lalu lintas yang padat, pengemudi harus merelakan kaki kiri berayun berkali-kali, karena Morning hanya tersedia dalam versi transmisi manual. Lantas pedal koplingnya memiliki karakter ‘mendorong’ sehingga pengemudi yang tidak terbiasa akan ‘kaget’ saat akan melaju pertama kali.

Konsumsi bahan bakar, boleh dibilang irit, karena memang kapasitas mesinnya kecil. Namun, dibandingkan dengan CVT, tentu transmisi manual ini akan meminum bensin lebih banyak. Di dalam kota, Morning menenggak seliter bensin oktan 92, untuk jarak 13,5 km. Sementara di tol, dengan kecepatan rata-rata 95 km/jam, konsumsinya menjadi 20,4 km/liter.

Ada fitur yang membantu pengemudi meraih konsumsi bahan bakar efisien. Ketika memilih fitur Eco ON melalui tombol di dasbor, yang juga dipakai untuk mengatur MID. Akan muncul tampilan posisi persneling dan lampu yang memberikan petunjuk pada pengemudi, agar melakukan upshift atau downshift. Perpindahan gigi, akan selalu merujuk pada putaran mesin di torsi maksimal, pada kitiran 2.500-3.000 rpm.

Satu lagi pilihan kendaraan kaum urban perkotaan. Cukup lincah, irit bahan bakar, namun daya angkutnya tentu bukanlah sebuah keunggulan.

 
 
Related
Updates
Popular

    otodriver.com