Daytime Running Light (DRL) merupakan salah satu safety device yang awalnya dipergunakan di negara Skandinavia. Kemudian berkembang ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Apa fungsinya?

Dewasa  ini banyak kendaraan anyar yang dilengkapi dengan lampu tambahan yang justru mennyala di siang hari. Lampu ini berwujud lampu LED atau lampu senja biasa. Mungkin awalnya terasa janggal lantaran di tengah siang bolong justru lampu nyala. Lantas, apakah fungsinya?

Lampu tersebut disebut sebagai Daytime Running Light (DRL). Sesuai namanya, memang lampu ini menyala di siang bolong.

Pada tahun 70-an DRL mulai digunakan di negara Skandinavia, yang memiliki kondisi langit cenderung gelap kendati saat tengah hari. DRL merupakan perangkat keselamatan untuk membantu visibilitas pengguna kendaraaan lain, agar lebih mudah terlihat. 

Awalnya DRL merupakan lampu tambahan, namun seiring perkembangan zaman dan kondisi lalu lintas, DRL dijadikan standar kendaraan yang beredar di sana. Sehingga tak hanya pada mobil, tetapi juga kendaraan lain , bahkan sepeda motor pun wajib menggunakannya.

Penggunaan DRL pun merambah Eropa Barat. Inggris resmi menetapkan DRL sebagai standar pada tahun 1987. Kanada menyusul di tahun 1990 sebagai negara di luar benua Eropa yang menerapkan aturan ini. Rusia mengekor di tahun 2010. Namun uniknya negara Uni Eropa baru menetapkan aturan ini di tahun 2011.

Bagaimana dengan Indonesia?. Kondisi tropis dengan penyinaran matahari yang cukup setiap tahunnya  sepertinya peran DRL tidak terlampau signifikan. Sejauh ini tidak ada aturan yang cukup jelas mengenai penggunaan DRL ini.

Seperti halnya Australia, Indonesia tidak merumuskan aturan tersebut sebagai salah satu aturan lalu lintasnya. Kemunculan DRL di Indonesia merupakan imbas dari boomingnya DRL pada hampir semua produk otomotif modern. Kendati demikian DRL bukan suatu hal yang mubazir di jalanan Indonesia.

 Setidaknya lampu ini akan membuat kendaraan yang kita gunakan lebih 'tampak' meski dilihat dari kejauhan melalui cermin spion.