Diganti terlalu cepat, seakan pemborosan. Ingin lebih lama, khawatir malah membuat transmisi tidak awet. Kapan waktu ideal penggantian oli matik, bisa mengikuti saran beberapa mekanik ini.

Transmisi Matik : Interval Ganti Oli yang Menuai Kontroversi

 
Transmisi Matik : Interval Ganti Oli yang Menuai Kontroversi

Diganti terlalu cepat, seakan pemborosan. Ingin lebih lama, khawatir malah membuat transmisi tidak awet. Kapan waktu ideal penggantian oli matik, bisa mengikuti saran beberapa mekanik ini.

Saat ini transmisi matik bukan lagi hal yang baru. Sayangnya, masih banyak pengguna belum paham betul soal perawatan transmisi otomatik ini. Bahkan pada hal sangat vital,  yaitu interval penggantian oli transmisi.

Apalagi, ternyata ada dualisme pendapat, meski semuanya bertujuan baik. Dualisme ini terlihat dari patokan waktu penggantian oli yang berbeda, antara bengkel resmi dan non-resmi.

Meski keduanya memiliki alasan kuat.

Muklis Pamuji dari KIA Jakarta Selatan mengatakan, bahwa angka 20.000 km menjadi patokan penggantian oli transmisi matik model lama. “Sementara kendaraan baru yang sudah menggunakan transmisi lebih canggih, menggunakan automatic transmission fluid lebih advance dan umurnya bisa lebih panjang,” jelasnya.

“Angka 10.000 km menjadi patokan ganti oli girboks matik,” jelas Edward Adiwinata, dari Raser Workshop, di bilangan jalan Panjang, Jakarta Barat. Sedangkan yang lebih modern, Edward mematok di jarak 20.000 km.

Pihak bengkel resmi, menggunakan metode jarak tempuh rata-rata yang telah dirumuskan dari saat kendaraan tersebut dirancang. Angka tersebut sifatnya general dan disesuaikan untuk kendaraan baru.

“Namun angka tersebut bukan harga mati. Kita kadang juga menganjurkan gganti oli matik pada jarak tempuh lebih pendek. Pendekatannya adalah kondisi kendaraan, jalur yang dilewati dan juga tipikal pengemudi,” tutur Muklis. 

“Kamipun menangani mobil yang berumur, namun 80% adalah kendaraan yang relatif muda,” jelas Muklis. “Angka 20.000 km ini merupakan jarak tempuh maksimal yang dianjurkan,” lanjutnya lagi.

Sementara untuk versi bengkel non-resmi, memiliki alasan yang sifatnya lebih personal.

“Pada umumnya kita memang relatif lebih banyak menangani mobil yang notabenenya telah berumur,” tutur Edward. “Dan kami menangani mobil ini dengan lebih personal. Tak jarang kita mengenal betul kondisi historis girboks tersebut,” lanjut pria bertubuh tinggi besar ini.

“Kondisi jalanan, khususnya Jakarta yang akrab dengan kemacetan, temperatur tinggi dan kelembaban udara yang relatif tinggi, mengakibatkan komponen lainnya dari girboks itu lebih cepat aus. Inilah yang menyebabkan tumpukan sedimen lebih cepat terbentuk,” jelasnya.

“Jarak 10.000 km merupakan angka paling aman, menurut pendapat kami,” ujar Edward.  
 

 
Updates
Popular

    otodriver.com