Berbagai kondisi jalan di Sumatra Barat dan Jawa Tengah, dilalui saat mencoba Mitsubishi Xpander di rute luar kota. Ayunan suspensi, kekedapan kabin hingga ground clearance dijajal di rute ini.

Impresi Berkendara dengan Mitsubishi Xpander di Sumatra dan Jawa Tengah

 
Impresi Berkendara dengan Mitsubishi Xpander di Sumatra dan Jawa Tengah

Berbagai kondisi jalan di Sumatra Barat dan Jawa Tengah, dilalui saat mencoba Mitsubishi Xpander di rute luar kota. Ayunan suspensi, kekedapan kabin hingga ground clearance dijajal di rute ini.

Alam Sumatra Barat, seolah mewakili berbagai kondisi di Indonesia, tanjakan, jalan menurun tikungan tajam di perbukitan maupun pesisir pantai. Carreview.id melintasi propinsi ini November 2017 lalu yang bermula dari ibu kota Sumatra Barat, Padang.

Dari tengah kota Padang, rute awal melalui kawasan Indarung, di sini terdapat pabrik Semen Padang. Perjalanan pun melalui kontur yang mulai menanjak, namun Xpander tetap melaju tanpa hambatan.

Tetapi, jalanan semakin menanjak menuju Sitinjau Lauik, dengan ketinggian sekitar 1.000 m di atas permukaan laut, yang merupakan bagian dari Bukit Barisan. Derajat kemiringan semakin tinggi, tanjakan semakin terjal.

Selain menanjak jalanan pun berkelok-kelok. Dengan kecepatan bervariasi antara 40-60 km/jam, Xpander masih sanggup melahap jalan menanjak tersebut. Rata-rata, setiap mobil membawa empat orang penumpang ditambah barang-barang.

Ketika tanjakan semakin terjal, penggunaan posisi D pada transmisi otomatiknya terasa kurang nyaman. Untuk mempertahankan kecepatan, pengemudi harus kick down beberapa kali agar laju tidak berkurang.

Cukup nyaman, malah ketika mempertahankan putaran mesin dengan memindahkan tuas persneling di posisi 2. Sejak itu, putaran mesin terjaga di kisaran 2.500-3.000 rpm, di putaran ini, tarikan terasa lebih enteng untuk menyalip truk yang berjalan pelan di tanjakan.

Namun, sempat pula dengan terpaksa berhenti di jalur tanjakan, di sinilah fungsi fitur HAC (Hill Assist Control) cukup berguna. Fitur ini yang membuat mobil bisa berhenti sekitar 3-4 detik, saat pedal rem diangkat.

Sehingga ada kesempatan untuk pengemudi memindahkan kaki ke pedal gas, tanpa bantuan park brake (rem tangan), tanpa mobil meluncur ke mundur di tanjakan.

Melintas di kawasan Kelok 9 Sumatra Barat

 

Hujan deras pun mengguyur, jalanan yang tadinya menanjak, kini berubah menurun curam. Ditambah dengan tikungan cukup tajam, membuat pengemudi harus ekstra waspada, meski Xpander sudah dilengkapi dengan VSC (Vehicle Stability Control) yang menjaga keempat roda tetap memiliki traksi/anti-selip.

Sesampainya di kota Solok, matahari bersinar cukup terik, namun suhu kabin tetap stabil berkat AC dengan double blower yang mampu menyebar udara sejuk cukup merata hingga baris ketiga.

Meski saat perjalanan dilakukan tidak ada penumpang yang duduk di baris ketiga, tetapi outlet DC yang dibaris ketiga ini digunakan, untuk mendinginkan Cooler Box berdaya listrik. Ya, betul di tiap baris terdapat DC outlet yang bisa digunakan untuk suplai listrik gadget maupun kebutuhan lainnya selama perjalanan.

Tak lama, jalan berkelok-kelok kembali ditemui, bersanding dengan bibir danau terbesar di Sumatra Barat, Danau Singkarak. Kali ini, kecepatan lebih bisa ditingkatkan, tak seperti ketika berada di jalanan pada tanjakan Sitinjau Lauik.

Waktunya mencoba pengendalian MPV ini, ayunan suspensinya masih terasa nyaman, meski diajak bermanuver cepat, tetapi ketika terpaksa zig-zag untuk menghindari lubang, goyangan tetap terasa. Efek body roll memang ada namun tak mengganggu pengendalian.

Bantingan saat melintasi permukaan bergelombang atau bumpy, boleh dibilang agak  berbeda dibandingkan mobil sekelas lainnya, tidak terlalu ajrut-ajrutan alias cukup mantap.

Setelah Sumatra Barat, giliran Jawa Tengah menjadi tempat mecoba kembali Mitsubishi Xpander. Dimulai dari Jogjakarta, perjalanan darat menuju kawasan kaki gunung Merapi, yaitu Kaliurang. Meski menunju kaki gunung, namun jalanan tidak terlalu menanjak yang terjal, relatif landai hingga sampai ke kawasan wisata off-road Gunung Merapi.

Di sinilah ground clearance Xpander terasa berguna, ketika melintasi permukaan tak rata, di kawasan pedesaan. Meski untuk lanjut ke atas (bunker) dan museum Gunung Merapi, harus berganti mobil dengan Jeep Willys maupun Toyota FJ40 atau jip berpenggerak empat roda lainnya.

Puas berada di kawasan Gunung Merapi, di tengah hujan badai Xpander dikendarai menuju Semarang. Guyuran hujan yang cukup deras tak terlalu berisik terdengar dari dalam kabin. Padahal air yang ‘menabrak’ atap dan kaca depan cukup banyak.

Ketika hujan mengguyur tak terlalu deras, intermitten pada wiper bisa diatur jedanya, bisa semakin cepat sekitar 1,5 detik sekali, hingga jeda 5-6 detik tiap sapuan wiper.

Sesampainya di kota Semarang, perjalanan pun dilanjutkan keesokan hari dengan rute menuju Ambarawa yang memiliki rute cukup beragam, mulai dari tanjakan, jalan menurun namun cukup lebar, sehingga bisa melaju dengan cepat.

Berbagai kondisi jalan, tidak menjadi beban ketika posisi mengemudi ditopang dengan baik dan ergonomis. Selain bisa disetel naik-turun (tilt steering) lingkar kemudi Xpander bisa juga diatur jauh-dekat (telescopic). Begitu juga dengan alas tubuh alias bangku pengemudi, bisa disetel ketinggiannya. Hal ini cukup memudahan dan menjadi fleksibel dengan berbagai postur pengemudi Xpander.

Tol Magelang-Semarang menguji stabilitas dan road noise Xpander

 

Perjalanan siang hari cukup menyenangkan ditempuh, terutama ketika melewati beragam kondisi jalan dan bermacam pemandangan di sekitar yang tampak asri. Begitu pula saat melaju di jalan tol, Xpander cukup stabil di kecepatan tinggi, road noise pun tidak terlalu keras terdengar ke dalam kabin, sehingga penumpang bisa ngobrol atua mendengarkan audio tanpa terganggu suara dari luar.

Namun sayang, beberapa kali hujan deras menerpa, sehingga sedikit mengurangi keasyikan mengunjungi tempat-tempat seru di sekitaran Jawa Tengah tersebut.

 
Related
Updates
Popular

    otodriver.com