Jarak tempuh hanyalah sebagai patokan saja. Namun kenyataannya, kinerja mesin mobil di Jakarta yang kerap melintasi jalanan macet, membuat umur pakai filter oli 30 persen lebih pendek.

Biasanya jadwal penggantian filter oli dipatok pada angka 20.000 km atau bersamaan 2x jadwal penggantian oli mesin pada kendaraan.

Mengapa filter oli harus diganti? Karena filter ini memiliki umur pakai dan batas kemampuan dalam menyaring kotoran pada oli yang disirkulasikan di dalam mesin.

“Mesin sedikit banyak akan menghasilkan gram logam yang merupakan hasil gesekan komponen yang ada pada mesin,” jelas Rudy Soerjanto dari ADR Group selaku produsen filter Sakura.

“Namun sebenarnya tidak gram saja yang disaring oleh filter oli, melainkan senyawa karbon hasil pembakaran yang masuk dan bercampur pada oli. Justru zat inilah yang menjadi pemicu kerusakan terbesar pada mesin,” sambung pria yang menjabat Domestic Sales Sub-Divison Head Sakura filter ini.

“Kertas filter menjadi kunci utama dari performa dan kualitas sebuah filter oli. Kertas itu menyaring kotoran yang terkandung dalam oli, kemudian disirkulasikan kembali ke dalam mesin. Jika kertas yang ada dalam unit ini kotor, maka kemampuan menyaringnya pun menjadi turun. Malah pada titik tertentu kertas tidak dapat ditembus oli, sehingga mampet,” papar Rudy.

“Jika kondisi kertas sudah jenuh dengan kotoran, maka oli akan dialirkan melalui valve khusus. Dengan demikian tidak ada penyaringan sama sekali dari filter dan oli kotor pun bebas lepas bersirkulasi dalam mesin,” lanjutnya.

Titik jenuh pada kertas filter inilah yang sebenarnya harus diwaspadai. Jarak 10.000 km itu hanyalah patokan semata, sedangkan realnya mesin bekerja tidak berdasarkan jarak tempuh, namun engine hour. “Jika sering bergumul dengan kemacetan seperti di Jakarta ini, sebaiknya penggantian filter oli dipatok dengan memangkas 30% dari patokan jarak tempuh 10.000 km itu,” tutupnya.