Microsleep biasa kita jumpai terhadap orang yang kurang istirahat atau terlalu lelah beraktifitas. Bagaimana cara mencegahnya agar perjalanan Anda tetap aman dan nyaman?

Walau hanya sedetik tertidur ketika mengemudi, hal tersebut sudah sangat berbahaya. Kondisi sekejab ini disebut sebagai microsleep.

Selain karena faktor kelelahan, fenomena microsleep pun semakin diperparah oleh jalanan lurus dan monoton. Dengan pembangunan infrastruktur yang ada, kondisi jalanan panjang lurus di Indonesia pun semakin banyak ditemui, apalagi ketika Anda berpergian keluar kota yang tentu menempuh jarak cukup jauh.

Menurut Profesor William C Dement, seorang pakar ilmu tidur dan juga pendiri Sleep Research Center di Universitas Stanford di California Amerika Serikat mengatakan bahwa saat mengantuk, sebagian dari otak kita sebenarnya sudah dalam kondisi tertidur bahkan ketika kita masih terjaga. Bahkan microsleep dapat terjadi dalam kondisi mata terbuka.

Beberapa tanda-tanda gejala microsleep antara lain, tatapan mata kosong, kehilangan fokus, tidak mampu mencerna kejadian di beberapa menit terakhir dan tanda-tanda tersebut hadir disertai dengan rasa kantuk yang hebat.

Jika Anda merasakan kehadiran tanda-tanda tersebut saat mengemudi, maka sebaiknya ambil langkah untuk istirahat. “Carilah tempat yang aman dan luangkan waktu untuk tidur setidaknya 20 menit (nap power),” terang Asep Hale salah satu intruktur safety driving di Indonesia. “Cara tersebut merupakan cara capat namun efektif untuk membuat tubuh kembali bugar dan mampu beraktitas kembali,” imbuhnya.

"Jangan sepelekan kondisi kantuk yang datang. Jangan pula paksakan untuk menyetir apabila hal tersebut terjadi. Akibatnya cukup fatal dan berbahaya," papar Hale. Pria ramah ini pun membeberkan beberapa kejadian fatal yang diduga disebabkan oleh microsleep. Beberapa di antaranya adalah ledakan Chernobyl di Rusia dan tumpah minyak dikarenakan kecelakaan kapal tanker raksasa Exxon Valdez.