Kami menghadirkan dua spesies diesel dari Jerman, BMW X5 xDrive25d dan Mercedes-Benz ML 250 CDI untuk merasakan bagaimana sensasi SUV diesel ala Eropa.

Versus : BMW X5 xDrive25d vs Mercedes-Benz ML 250 CDI

 
Versus : BMW X5 xDrive25d vs Mercedes-Benz ML 250 CDI

Kami menghadirkan dua spesies diesel dari Jerman, BMW X5 xDrive25d dan Mercedes-Benz ML 250 CDI untuk merasakan bagaimana sensasi SUV diesel ala Eropa.

BMW X5 xDrive25d

Ekspansi BMW di pasar mobil premium tanah air tampak lebih serius dengan menggelontorkan dana segar hingga Rp 150 miliar untuk perakitan. Salah satunya adalah tipe X5. Lebih menggiurkan lagi, karena ada varian bermesin diesel yang kini bisa dinikmati di sini. 

Tentunya menjadi sensasi tersendiri berada dalam kabin X5 dengan sumber tenaga berteknologi common-rail turbo. Singkirkan jauh-jauh paradigma mesin diesel yang kotor, berisik dan selalu bergetar. Semua sirna ketika berada di balik kemudi Sport Activity Vehicle rancangan Bayerische Motoren Werke ini.

Memang tidak akan bisa menyamai varian X5 bermesin bensin yang sangat halus. Tetap terasa berbeda, deru mesin masih terasa dengan getaran halus saat masih stasioner. Namun jika disandingkan dengan SUV diesel lain non-Eropa, tingkat noise, vibration and harhsness akan terasa jauh lebih halus.

Ah, rupanya perasaan inilah yang membuat mengapa diesel masih mendapat tempat terbaik pada pasar mobil di Eropa. Dengan kenyamanan kabin prima, semua paradigma mesin diesel yang kasar sirna. 

Bangku belakang terkesan sempit tetapi lega untuk tiga orang dewasa

Terlebih, ada keuntungan lain yang ditawarkan sumber tenaga ini. Iritnya pemakaian bahan bakar tak akan bisa dilawan dengan varian bermesin bensin. Dengan kondisi lalu lintas ibukota Jakarta yang cukup padat, kami masih bisa mencetak konsumsi bahan bakar 12 km untuk tiap liter bahan bakar diesel premium. Bahkan pada trek yang lebih sepi dan bisa mengembangkan kecepatan cukup konstan, X5 diesel ini mampu melaju hingga 19 km dengan jumlah bahan bakar yang sama.

Padahal performa mesin tak bisa dipandang sebelah mata. Dengan tendangan torsi maksimum 450 Nm sejak 1.500 rpm tarikan terasa sangat kuat. Meski tenaga 218 dk tak sehebat varian besin, akselerasi 0-100 km/jam masih bisa diraih hanya dalam 88 detik pada mode SPORT. 

Dengan mode SPORT, suspensi pun terasa lebih mantap. Tetap stabil di kecepatan tinggi, meski bantingan lebih keras. Namun masih cukup nyaman untuk daily driving. Namun setelan favorit kami adalah mode COMFORT. Pada setelan ini, tenaga masih memadai, namun suspensi tetap lembut seperti pada mode ECO PRO. Tidak seperti ECO PRO, tenaga seperti dibatasi sehingga kurang sip buat melibas jalan sepi.

Torsi besar yang melesat halus

Setelan nyaman ini pun paling pas untuk berkendara bersama keluarga. Apalagi menyetir bodi besar X5 ini terasa sangat mudah. Semua terasa enteng. Putaran setir terasa sangat ringan memutar roda 19 inci dengan ban 255/50R19. Posisi duduk ideal pun dengan mudah didapat dengan setelan elektrik pada setir dan jok. Apalagi kursi dibalut kulit Dakota, benar-benar nyaman dan effortless driving. 

Panorama glass roof kian menyempurnakan pengalaman berkendara. Sedangkan buat menjaga privasi, tirai tersedia pada kedua pintu belakang. Sementara itu, daerah bagasi juga sangat lapang. Membawa golf club pun bukan perkara sulit. Malah pintu bagasi bisa diatur ketinggian bukanya melalui iDrive Touch Controller. 

Beberapa fitur menyenangkan cukup berguna saat bertemu macet. Seperti Automatic Hold pada rem parkir, menahan rem saat berhenti di kemacetan. Atau fitur Hill Descent Control, mampu menahan kecepatan mobil 8 km/jam saat menuruni parkiran mall. Tentunya fitur ini akan sangat berguna ketika X5 ini diajak berpetualang, bukan? 

Mercedes-Benz ML 250 CDI

Boleh dibilang, inilah peninggalan terakhir SUV pabrikan berlambang bintang tiga kaki dengan varian ML-Class. Yang akan tergantikan dengan varian GLE, versi crossover yang lebih menonjolkan perpaduan sedan dan SUV.  

Sebelum menjadi nostalgia, sosok SUV sejati yang tentu masih terbenam di dalam ML diesel ini masih akan memuaskan hasrat penggemar SUV yang menginginkan performa unggul sekaligus hemat dalam konsumsi bahan bakarnya.

Tak salah bila ada pendapat, bahwa unit mesin diesel 4-silinder 2.143 cc yang diusungnya, begitu cocok bagaikan botol dan tutupnya. Seolah ada bunyi ‘klik’ yang kita rasakan untuk menggambarkan kecocokan komposisi mesin dan bodinya begitu Anda merasakan performanya. Mesin diesel yang bersuara keras memang sayup-sayup terdengar ke kabin. Namun tak sampai mengiritasi pendengaran Anda dan tetap ternilai hening sebagai sebuah SUV diesel. 

Dengan mode ECO dan fitur Auto Start/Stop aktif, konsumsi bahan bakar dalam kotanya bisa ditekan hingga level 11,2 km/liter. Sebuah hasil mengagumkan bagi SUV yang berbobot hampir 2 ton itu. Bahkan ketika di jalan tol, dengan menjaga kecepatan 90-100 km/jam, Anda dengan mudah bisa mendapatkan efisiensi lebih dari 16 km/liter.

Tak kalah irit, meski sedikit kurang responsif

Namun, torsi 500 Nm lebih berkontribusi dalam akselerasinya. Ini tentu tak akan bisa didapat dari mesin berbahan bakar bensin. Meski tanpa fitur Launch Control, figur 9,1 detik bisa didapat untuk meraih akselerasi dari 0-100 km/jam. Sensasi mesinnya pun begitu responsif ketika mobil diajak overtaking. Dengan transmisi 7-percepatan yang bisa diakses via paddle-shift, Anda akan mendapat putaran mesin yang paling cocok dengan kebutuhan kala ingin menyalip.

Dalam format penggerak 4 roda, mesin bertenaga 204 dk ini terasa begitu lancar mengalirkan tenaga. Di setiap rodanya, terasa traksi maksimal yang membuat handling mobil dengan panjang hampir 5 meter bisa bergerak begitu lincah. Memang karakter suspensi Mercedes-Benz yang menurut kami sangat empuk bukanlah yang terbaik untuk sebuah SUV. Tapi keempukkan suspensinya terjaga baik ketika mobil diisi satu maupun 5 orang sekalipun. Artinya mobil akan tetap nyaman berapapun jumlah penumpang yang menaikinya.

Sayang, fitur hiburan memang minim tersaji di kabin. Tak ada hiburan khusus untuk penumpang belakang. Toh sebagai sebuah SUV, yang akan melenggang ke alam, hiburan di luar kaca lebih menarik dibanding layar LCD di baris kedua. 

Kenyamanan di bangku belakang tak kalah dengan sedan

Namun minimnya hiburan itu, berbanding terbalik dengan fitur asistensi untuk pengemudi. Begitu memanjakan pengemudi amatir sekalipun. Fitur Active Parking Assist siaga memandu Anda parkir jika Anda kesulitan memasukkan mobil ke ruang parkir. Belum lagi jika Off-Driving Mode yang mudah diakses lewat satu tombol khusus diaktifkan. Fitur ini mengatur pembagian tenaga yang lebih ideal begitu setiap roda menemui medannya. Memang tak terdapat banyak pilihan mode (Snow, Rock dan sebagainya) tapi untuk medan Indonesia dengan cuaca yang terbagi hanya dua, hujan dan kering, itu lebih dari cukup.

Meski tubuhnya besar, kapasitas tempat duduknya hanya 5 penumpang. Tentu saja ini adalah diferensiasi dengan GL-Class yang berformat SUV 7-seater. Namun dengan dimensi sebesar itu, dan logo Mercedes-Benz terpampang besar di bagian muka, pengguna jalan lain pun rela memberikan jalan begitu menyadari kasta kendaraan yang ada di hadapannya.

 

KESIMPULAN

 

Konsumen dihadapkan pada dua pilihan SUV premium yang memiliki kemampuan setara dengan karakter yang berbeda. Kemampuan off-road, dengan berbagai fitur dihadirkan oleh BMW X5, sementara ML250 CDI masih terkesan konvensional. Namun, keduanya mampu memenuhi kebutuhan pengguna di medan bukan aspal. Sementara kemampuan di atas aspalpun masih juga setara, hanya, soal konsumsi bahan bakar di jalan mulus inilah, BMW lebih unggul dari Mercedes-Benz. Tetapi, pilihan tentu pada Anda, di mana karakter BMW lebih mencerminkan pribadi yang dinamis, sementara Mercedes-Benz sudah melekat dengan simbol pribadi yang mapan dan elegan.

 
 
Related
Updates
Popular

    otodriver.com