Sebagai asimilasi teknologi MINI, BMW X1 kini berpenggerak roda depan. Seberapa besar bedanya dengan X1 terdahulu, dengan pakem BMW yang berpenggerak roda belakang?

BMW X1 sDrive18i xLine vs Versi Sebelumnya

 
BMW X1 sDrive18i xLine vs Versi Sebelumnya

Sebagai asimilasi teknologi MINI, BMW X1 kini berpenggerak roda depan. Seberapa besar bedanya dengan X1 terdahulu, dengan pakem BMW yang berpenggerak roda belakang?

Beberapa waktu lalu, Otodriver.com yang juga bagian dari grup media kami menguji dan membuat video review BMW X1 sDrive18i xLine generasi terdahulu. Redaksi Carreview.id pun sempat mencobanya. 

Hal itu dijadikan perbandingan dengan versi terbaru BMW X1 yang sempat dicoba pada Media Gathering yang digelar BMW Indonesia di kawasan Epicentrum, Kuningan, Kamis (19/5) lalu. 

Sebelumnya, tunggangan yang dikategorikan BMW dalam Sport Activity Vehicle (SAV) termungil ini, diluncurkan ke khalayak tanah air oleh PT BMW Indonesia pada Selasa (10/5). BMW X1 berkode bodi F48 ini memiliki banyak ubahan dibandingkan versi terdahulu.

Unit yang kami coba adalah BMW X1 sDrive18i xLine, yang merupakan varian termahal dengan harga Rp 659 juta. Sementara di bawahnya ada varian BMW X1 sDrive18i, berharga Rp 619 juta, keduanya Off the Road. Harga ini memang jauh lebih murah. Bandingkan saja, tipe termahal yang bermesin diesel di banderol Rp 689 juta (Off the Road).

Tak dipungkiri, penggunaan mesin lebih kecil menjadikannya bisa dipasarkan dengan harga lebih rendah. Tentu proses perakitan CKD (completely knock down) juga berpengaruh besar terhadap turunnya harga jual.

Selain bermesin lebih kecil, beberapa komponen penggerak roda juga dipangkas, tak ada lagi drive shaft (as kopel), as roda dan differential belakang. Hal ini terjadi karena BMW X1 terbaru hadir berpenggerak roda depan, plus mesin 3 silinder berkapasitas 1.500 cc.

Memang, dengan kapasitas seperti itu, tak jauh dari hatchback atau city car. Namun dengan bantuan induksi udara TwinPower Turbo, tenaganya melonjak sehingga mampu menghasilkan daya maksimum 136 dk dan torsi puncak 220 Nm. Kemampuan ini, setara dengan mesin BMW Naturally Aspirated (NA) berkapasitas 1.800 cc!

Mesin B38 series ini, juga digunakan pada BMW Active Tourer dan Gran Tourer ini, memiliki karakter tenaga yang galak di putaran bawah hingga menengah. Saat harus mengikuti ramainya arus kendaraan di kawasan Epicentrum Kuningan, pengemudi tak perlu dalam-dalam menginjak pedal gas agar X1 mampu bergerak mengikuti rangkaian kecepatan.

Baik BMW X1 sDrive18i maupun BMW X1 sDrive 18i xLine, terdapat fitur tiga pilihan mode berkendara. Eco Pro, Sport dan Comfort. Pada mode berkendara Eco Pro, BMW membatasi putaran mesin hanya mencapai 1.500 rpm untuk berpindah ke tingkat gigi berikutnya. Ditambah dukungan fitur i-stop, meski menggunakan turbocharger, namun konsumsi bahan bakar bisa terjaga agar tetap efisien.

Bagi pengendara yang lebih agresif, fitur Sport hadir untuk memenuhi gaya berkendara cepat. Lonjakan rpm terasa begitu ringan dan cukup menyentak saat pedal akselerator diinjak.

Selain itu sensitivitas throttle body juga terasa perbedaannya ketimbang fitur lain. Putaran kemudi justru terasa lebih realistis terhadap permukaan aspal karena terasa sedikit berat.

Artinya pengendalian lebih terasa tajam dengan menggunakan mode berkendara ini.

Comfort mode memberikan kenyamanan yang benar-benar prima bagi pengemudi dan penumpang BMW X1. Pasalnya pada mode ini, secara otomatis settingan damper suspensi diubah menjadi sangat lembut.

Pergerakan kemudi juga turut menyesuaikan dengan putaran yang jadi sangat ringan. Sayangnya , ketika memilih Mode ini, harus lewat  kenop iDrive, karena BMW tidak memiliki tombol eksternal layaknya pilihan Eco Pro dan Sport.

Duduk di bangku pengemudi X1 terbaru, terasa lebih menyenangkan. Dengan jok semi-sport dengan pengaturan elektrik bermemori, dengan mudah diatur untuk mendapatkan posisi duduk ideal dan tidak tetap memberikan kelapangan optimal bagi pengemudi, meski bertubuh besar. 

Begitu pula fleksibilitas pengaturan kemudi, naik-turun (tilt) maupun maju-mundur (telescopic) semuanya bisa diatur melalui tombol dengan penggerak elektrik. 

Seluruh switch yang terletak pada lingkar kemudi cukup mudah dan nyaman dipencet karena dibuat sedikit menonjol. Jika sudah hafal posisinya, cukup diraba saja maka dengan mudah ruas jari menemukan tombol yang diinginkan.

Untuk membuka pintu bagasi, cukup memencet tombol di bawah

Satu hal yang kami suka saat mengemudi X1, posisi gagang pintu di bagian dalam dibuat memanjang dari belakang dan sedikit turun kebawah menjelang tombol elektrik kaca. Saat berada di kemacetan, gagang tersebut sangat nyaman untuk mengistirahatkan siku. Meski kami tetap merekomendasikan agar kedua tangan tetap berada di lingkar kemudi saat mobil sedang berjalan.

Layar multimedia cukup besar, sayang belum layar sentuh

Visual pada layar instrumen terlihat jelas karena sudah mengadopsi teknologi display elektronik. Seluruh lampu instrumen yang menyala dengan mudah terpantau dari mata pengemudi baik di tempat terang, maupun tempat gelap.

Namun sayang, fitur unggulan BMW yang ada pada seri 7, tak menyapa interior BMW X1 ini. Tak ada  BMW Gesture Control, namun BMW X1 sudah mengaplikasikan touch button pada tombol-tombol di bagian tengah dasbor. Cukup menempelkan ruas jari tanpa harus memencetnya, maka tombol akan berfungsi.

Tuas transmisi otomatik yang berada di konsol tengah terletak bersama kenop iDrive, tombol selektor mode berkendara, tombol traction control dan rem parkir elektrik. Keseluruhan bagian ini cukup ergonomis karena mudah diakses oleh tangan kiri saat berkendara.

Ubahan pada konstruksi mesin dan transmisi penggerak, membuat BMW harus merevisi bentuk X1. Mesin melintang tak memerlukan ruang mesin yang panjang, sehingga BMW X1 dengan kode sasis F48 ini memiliki bonnet lebih pendek.

Ada keuntungan dengan rancangan baru ini. Wheelbase lebih pendek 90 centimeter, menjadikanny lincah bermanuver, lantas bonnet tidak panjang, memberikan rasa percaya diri bagi pengemudinya, saat mengendarai BMW X1. Ubahan ini juga membuat bobot berkurang sekitar 25 Kg, membuat manuvernya kian lincah di berbagai kondisi jalan.

Penggerak roda depan otomatis menambah keuntungan di bagian kabin, terutama belakang. Pasalnya gearbox tunnel (terowongan girboks dan as kopel) sudah tak lagi digunakan dan membuat lantai di baris kedua menjadi lebih landai. Otomatis menambah kenyamanan bagi ruang kaki penumpang belakang.

Selain itu, lebih landainya lantai kabin penumpang belakang,  membuat BMW mampu merancang bangku penumpang belakang baru yang memiliki akomodasi lebih baik dengan beragam penyetelan.

Sandaran kini bisa diatur derajat kemiringannya, sesuai kebutuhan penumpang. Bangku ini juga bisa digeser maju dan mundur hingga 13 cm, menyesuikan tinggi tubuh penumpang demi mendapatkan ruang kaki ideal selama perjalanan.

Melipat kursi belakang dengan konfigurasi 60;40 cukup memencet tombol  elektrik.
Tetapi mengembalikannya harus manual
Tombol untuk menutup pintu bagasi

Ruang penyimpanan barang cukup banyak pada BMW X1. Terdapat lima laci tertutup dan enam tempat minuman yang mampu memenuhi kebutuhan seluruh penumpang.

Selain itu masih ada ruang bagasi yang cukup lapang dengan pintu elektrik yang dengan mudah diakses dari luar maupun dari kursi pengemudi.

Bagi konsumen yang lebih sporty oriented, BMW X1 sDrive18i varian xLine hadir untuk memenuhi gaya Anda. Mulai dari ornamen alumunium yang membingkai kaca samping dan list atap, juga side moulding dan panel ornamen di bumper depan-belakang.

Di sisi kabin, BMW melengkapinya dengan interior berbalut Dakota Leather berwarna broken white yang dipadukan dengan cetakan panel kayu Oakwood yang mengelilingi door trim dan bagian tengah dasbor.

Tunggu ulasan kami yang akan mengujinya pada kondisi real di jalanan dalam kota dan tol. Serta membandingkan dengan rivalnya yaitu Audi Q3, Mercedes-Benz GLA 200, Range Rover Evoque dan Volkswagen Tiguan.

Atap kaca panoramik dengan fitur sliding roof untuk membukanya

 

 

 
Related
Updates
Popular

    otodriver.com