Horor kemacetan harus dihadapi. Dengan persiapan matang, maka hal terburuk dari kisah pilu kemacetan dapat dihindari

Siap Perang Hadapi Macet panjang

 
Siap Perang Hadapi Macet panjang

Horor kemacetan harus dihadapi. Dengan persiapan matang, maka hal terburuk dari kisah pilu kemacetan dapat dihindari

Kejadian horor kemacetan yang terjadi mudik lebaran ini pantas menjadi pelajaran penting bagi kita semua. Efek yang ditimbulkannya pun bagai efek domino dan terbawa hingga arus balik mudik.

Membaca situasi pilihan jalur balik wajib dilakukan, namun melihat kondisi di lapangan yang selalu berubah setiap jamnya, maka bukannya tidak mungkin jika Anda akan menjadi salah satu korban kemacetan berikutnya. Jika memang demikian maka itu suatu kondisi yang mau tidak mau harus dihadapi.

Walau belum tentu terjadi, namun sebaiknya menyiapkan diri dengan skenario terburuk, daripada sama sekali tidak bersiap menghadapi kemacetan.

Persiapan materiil berupa makanan seperti biskuit ataupun kacang-kacangan perlu dipersiapkan. “Makanan ini merupakan makanan siap saji yang bisa dikudap kapan saja. Namun di sisi lain memiliki kalori yang cukup untuk memasok kebutuhan badan. Walau tidak bisa dikatakan sempurna,” tutur dr. Kusumo Dananjoyo salah satu dokter di Jogja International Hospital (JIH), Yogyakarta. “Perhatian khusus diberikan pada balita. Di mana kebutuhan seperti susu harus tersedia,” lanjutnya.

Air menjadi hal yang tidak bisa dilupakan. Air minum dan air bersih perlu dipersiapkan secara khusus dan tidak ada salahnya jika membawa dalam jumlah besar. Demikian juga dengan hal-hal yang berhubungan sanitasi seperti tisu, hand sanitizer hingga kantong plastik yang cukup beragam kegunaannya.

Hal yang perlu diketahui adalah pengetahuan tentang tindakan yang harus dilakukan saat menghadapi macet. Gas CO dan CO2 menjadi penyebab keracunan bagi pengguna mobil yang berada dalam kabin. Gas ini menginvansi kabin apabila terjadi kebocoran pada saluran buang knalpot atau pada catalityc converter.

Kondisi macet panjang membuat kita cenderung untuk membiarkan mobil dalam keadaan hidup dengan AC menyala. Suatu kondisi yang memiliki peluang bagi pengguna mobil untuk keracunan CO2 (carbon dioksida) yang dihasilkan oleh proses pembakaran dalam tubuh dan CO (karbon monoksida) hasil dari pembakaran kendaraan yang masuk ke dalam kabin.

“Oleh sebab itu kita harus secara berkala membuka jendela mobil untuk sekedar melakukan refresh udara dalam kabin,” tutur  M. Ali Hartono dari M-Cool Tech Yogyakarta. “Ganti mode AC dari ‘recicle’ yang hanya mendaur ulang udara dalam kabin ke mode ‘fresh’ yang mengambil udara dari luar,” jelas pemilik jasa servis AC mobil dan juga pengajar fakultas teknik mesin di salah satu perguruan tinggi Yogyakarta ini.

Mode AC ‘fresh’ ini mengambil udara dari luar mobil yang relatif lebih fresh dibandingkan dengan model ‘recicle’ yang menggunakan udara daur ulang dalam kabin. “Walau kondisi di luar belum tentu cukup baik, namun setidaknya dapat mengurangi kadar CO dalam kabin,” tutupnya.

foto : heloapakabar

 
Related
Updates
Popular

    otodriver.com